Dalam kolom Resonansi Republika
(30/1/2016), penulis kondang Asma Nadia mengisahkan pengalamannya
menangani curahan hati salah satu pengikut akun media sosialnya. Ialah
seorang gadis yang mengatakan melalui pesan pribadi, “Mbak, Saya
mencintai sesama jenis.”
Asma Nadia mengaku bingung untuk
menyampaikan jawaban. Sebagai penulis, dia ingin menyampaikan jawaban
yang bagus, dan dampaknya pun baik bagi sang penanya, khususnya. Maka,
akunya, ia berpikir beberapa waktu sebelum menyampaikan jawaban.
Akhirnya, sang gadis pun berkisah
seputar sebab-sebab gay yang dia alami. Mulanya lantaran diputus
pacarnya, berkali-kali. Saat tengah merasa bahwa semua laki-laki jahat,
gadis ini justru merasa nyaman berada di dekat teman wanitanya. Dari
sanalah, cinta terbit, tanpa diminta.
“Setelah menimbang-nimbang,” ujar
penulis puluhan buku best seller ini, “saya akhirnya memutuskan untuk
tidak menjawab langsung pertanyaan sang gadis.”
Asma memilih untuk menanyakan kualitas
ibadah sang gadis, dengan nada halus, “Bagaimana shalat kamu, apakah
lima kali sehari?” Sang gadis menjawab, shalatnya belum penuh, masih
bolong-bolong.
Istri dari Isa Alamsyah ini, akhirnya
mengajak sang gadis untuk berdiskusi soal ibadah ini. Bahwa ibadah
merupakan perintah Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya dan memiliki
rahasia yang sangat agung. Shalat, misalnya, disebutkan sebagai ibadah
yang sangat efektif untuk mencegah seorang hamba dari perbuatan keji dan
mungkar.
Diskusi berlanjut, Asma beralih ke
bahasan aqidah. Tentang keharusan orang beriman kepada Allah Ta’ala dan
meluruskan keyakinan hanya pada apa yang Dia perintahkan. “Lalu, dalam
dialog lain,” kisah Asma, “saya mulai bicara tentang aqidah. Saya
melakukan pendekatan melalui pikiran yang kami sama-sama sepakati.”
Asma, dengan naluri penulisnya yang
bijak, mengambil pendekatan yang tepat untuk mengambil hati pembacanya.
Dia tidak menghakimi, dan mengajak ‘terdakwa’ untuk menyadari kemestian
hidup yang seharusnya dia jalani.
Tak lupa, Asma juga senantiasa mendoakan
sang gadis. Hingga akhirnya, sang gadis tanpa nama ini mengirim pesan
yang mengharukan, “Mbak, Saya tahu, Saya salah. Doakan ya,Mbak, agar
Saya sanggup kembali ke jalan Allah.”
Mahabenar Allah Ta’ala dengan segala
firman-Nya. Bijaklah dalam berdakwah, dan serahkan hasilnya kepada Allah
Ta’ala. Jangan sampai ijtihad kita terkait sebuah sarana dakwah justru
membuat objek dakwah menjauh dan semakin antipati dengan Islam yang
mulia.
Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah
kepada seluruh penyuka sesama jenis dan penyimpangan lainnya, agar
kembali kepada fitrahnya. Kita, jangan lelah untuk menyadarkan. Gunakan
cara terbaik, sesuai jangkauan tangan. Jangan hanya diam dengan dalih
‘urusan masing-masing’!
Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]