Oleh: Dr. Saiful Bahri, M.A
Bag. 1: http://goo.gl/hSlS9f
Mengobati Sifat-Sifat Buruk Manusia
Manusia, sebagai makhluk yang dipercaya Allah untuk mengelola bumi-Nya,
selain dibekali keistimewaan ia pun memiliki kekurangan yang tidak
sedikit. Kekurangan-kekurangan ini dimaksudkan supaya manusia tak merasa
sombong dan takabbur. Dan lebih penting dari itu, ia akan senantiasa
merasa perlu kepada Allah sehingga bisa merasakan kebesaran dan kasih
sayang-Nya serta pengampunan-Nya yang maha luas.
Dalam surat ini dua sifat yang disoroti Allah; kikir ([6])dan suka berkeluh kesah.
”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir”. (QS. Al-Ma’ârij: 19-21)
Penyakit yang secara spesifik ini diterjemahkan melalui sabda Rasul saw
yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, ”Kejelekan yang ada dalam diri
seseorang: kikir yang mencekik dan jiwa pengecut” (HR. Abu Dawud) ([7]).
Meskipun sebenarnya kecintaan terhadap harta adalah fitrah. Tapi jika
berlebihan akan menjelma menjadi egoisme yang berlebihan dan ia akan
cenderung berpikir bagaimana memperkaya diri sendiri, kemudian menjadi
tidak peka terhadap lingkungannya ([8]).
Tapi Allah Maha Asih dan Sayang. Pada ayat selanjutnya, penyakit kronis
di atas bisa diobati dengan terapi praktis. Setidaknya ada enam cara
untuk mengobati dua penyakit kejiwaan yang sering menimpa kita selama
ini.
1. Pertama, menjaga konsistensi dalam melaksanakan ibadah shalat
”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”. (QS. Al-Ma’arij: 22-23).
Shalat merupakan mi’raj orang beriman, seperti tutur Nabi Muhammad dalam
salah satu sabdanya. Karena itu saat Usman bin Affan ra. terkepung,
menjelang syahidnya terbunuh oleh para pemberontak, dengan tenang beliau
pun melaksanakan shalat dengan penuh kepasrahan. Imam al-Bukhary
merekam perkataan beliau seperti yang diriwayatkan Ubaidillah bin
’Adiy,”Shalat adalah sesuatu yang terbaik yang dikerjakan manusia. Jika
mereka berbuat baik padamu maka berbuat baiklah pada mereka. Jika mereka
memperlakukanmu dengan buruk, maka jauhkanlah dirimu untuk menyakiti
mereka” ([9]). Dengan menjaga konsistensinya akan membuat hati ini
menjadi stabil, mendidik disiplin dan teratur serta detil dalam
merencanakan sesuatu.
Khusus masalah shalat ini Allah mengulanginya lagi dalam surat ini dalam
ayat ke-34. Ini menandakan pentingnya posisi shalat. Dan jika dilakukan
dengan benar akan membuat hidup seseorang menjadi baik, bahkan ia akan
mampu meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Seperti disitir Allah di
permulaan surat al-Mu`minûn.
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mu`minûn: 1-2)
Imam Muhammad bin Husein al-Ma’iny ([10]) memiliki penafsiran bahwa
orang yang mampu menjaga shalatnya sepanjang waktu, melaksanakan
rukun-rukunnya dengan khusyu’ dan disertai dengan pengharapan yang
tinggi pada Allah ([11]), orang yang demikian akan mudah melepaskan
dirinya dari sifat kikir dan suka mengeluh.
2. Kedua, suka dan rela mendermakan harta untuk orang-orang yang membutuhkan
Baik mereka meminta atau orang fakir yang iffah, yang tak mau meminta-minta meskipun mereka sangat membutuhkan pertolongan.
”Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang
tidak mau meminta)”. (QS. Al-Ma’ârij: 24-25)
Sebelumnya Allah juga menyebut ”as-sâ`il wa al-mahrûm” dalam ayat 19,
surat adz-Dzâriyât. Orang-orang yang dermawan, menyediakan dan
meluangkan waktunya serta harta yang diberikan Allah padanya berbagi
dengan kaum dhu’afa. Jika mereka meminta dan kita tahu dia sangat
membutuhkan bantuan, maka selayaknya kita membantunya. Sahabat Husein
bin Ali ra meriwayatka hadits Rasulullah saw,”Bagi seorang peminta hak
(untuk ditolong) meskipun dia datang dengan mengendarai kuda” (HR. Abu
Dawud dari Sufyan Ats-Tsaury) ([12]). Apalagi orang-orang fakir yang
kita tahu ia sangat perlu bantuan, meskipun lidahnya tak mengucapkan
satu kata pun. Kita sangat perlu dan wajib mengulurkan bantuan padanya.
3. Ketiga, mempercayai dan meyakini adanya hari pembalasan
”Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan”. (QS. Al-Ma’ârij: 26)
Dengan meyakini adanya hari pembalasan seseorang akan mudah mengikis
penyakit kikirnya, juga dia akan berusaha meninggalkan keluh kesah
setiap ditimpa sesuatu yang kurang mengenakkan jiwanya. Dia yakin itu
adalah cobaan dari Allah, maka lebih baik ia bersabar dan mendapatkan
ganjaran yang tak terhitung. Minimalnya hatinya takkan lelah terbebani.
4. Keempat, menjaga kehormatan
”Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap
isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela”. (QS. Al-Ma’ârij: 26)
Karena kelak setiap manusia akan mempertanggungjawabkannya di hadapan
Allah. Dan karena di balik perintah ini ada banyak hikmah. Di antaranya,
menjaga nasab dan keturunan supaya tidak tercampur. Sehingga kehidupan
sosial manusia akan baik, seimbang dan tertata bagus.
Bersambung
[majelis iman - islam ]
Tafsir Qur'an Surat Al - Ma'arij Bagian 2
Written By PEJUANG SUBUH KOTA BEKASI RAYA on Minggu, 24 Januari 2016 | 20.17
Related Articles
Label:
Al Quran
