Headlines News :
Home » » Tafsir Qur'an Surat Al - Ma'arij Bagian 2

Tafsir Qur'an Surat Al - Ma'arij Bagian 2

Written By PEJUANG SUBUH KOTA BEKASI RAYA on Minggu, 24 Januari 2016 | 20.17

Oleh: Dr. Saiful Bahri, M.A


Bag. 1: http://goo.gl/hSlS9f

Mengobati Sifat-Sifat Buruk Manusia

Manusia, sebagai makhluk yang dipercaya Allah untuk mengelola bumi-Nya, selain dibekali keistimewaan ia pun memiliki kekurangan yang tidak sedikit. Kekurangan-kekurangan ini dimaksudkan supaya manusia tak merasa sombong dan takabbur. Dan lebih penting dari itu, ia akan senantiasa merasa perlu kepada Allah sehingga bisa merasakan kebesaran dan kasih sayang-Nya serta pengampunan-Nya yang maha luas.

Dalam surat ini dua sifat yang disoroti Allah; kikir ([6])dan suka berkeluh kesah.

”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (QS. Al-Ma’ârij: 19-21)

Penyakit yang secara spesifik ini diterjemahkan melalui sabda Rasul saw yang diriwayatkan Abu Hurairah ra, ”Kejelekan yang ada dalam diri seseorang: kikir yang mencekik dan jiwa pengecut” (HR. Abu Dawud) ([7]). Meskipun sebenarnya kecintaan terhadap harta adalah fitrah. Tapi jika berlebihan akan menjelma menjadi egoisme yang berlebihan dan ia akan cenderung berpikir bagaimana memperkaya diri sendiri, kemudian menjadi tidak peka terhadap lingkungannya ([8]).

Tapi Allah Maha Asih dan Sayang. Pada ayat selanjutnya, penyakit kronis di atas bisa diobati dengan terapi praktis. Setidaknya ada enam cara untuk mengobati dua penyakit kejiwaan yang sering menimpa kita selama ini.

1. Pertama, menjaga konsistensi dalam melaksanakan ibadah shalat

”Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya”. (QS. Al-Ma’arij: 22-23).

Shalat merupakan mi’raj orang beriman, seperti tutur Nabi Muhammad dalam salah satu sabdanya. Karena itu saat Usman bin Affan ra. terkepung, menjelang syahidnya terbunuh oleh para pemberontak, dengan tenang beliau pun melaksanakan shalat dengan penuh kepasrahan. Imam al-Bukhary merekam perkataan beliau seperti yang diriwayatkan Ubaidillah bin ’Adiy,”Shalat adalah sesuatu yang terbaik yang dikerjakan manusia. Jika mereka berbuat baik padamu maka berbuat baiklah pada mereka. Jika mereka memperlakukanmu dengan buruk, maka jauhkanlah dirimu untuk menyakiti mereka” ([9]). Dengan menjaga konsistensinya akan membuat hati ini menjadi stabil, mendidik disiplin dan teratur serta detil dalam merencanakan sesuatu.

Khusus masalah shalat ini Allah mengulanginya lagi dalam surat ini dalam ayat ke-34. Ini menandakan pentingnya posisi shalat. Dan jika dilakukan dengan benar akan membuat hidup seseorang menjadi baik, bahkan ia akan mampu meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Seperti disitir Allah di permulaan surat al-Mu`minûn.

”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mu`minûn: 1-2)

Imam Muhammad bin Husein al-Ma’iny ([10]) memiliki penafsiran bahwa orang yang mampu menjaga shalatnya sepanjang waktu, melaksanakan rukun-rukunnya dengan khusyu’ dan disertai dengan pengharapan yang tinggi pada Allah ([11]), orang yang demikian akan mudah melepaskan dirinya dari sifat kikir dan suka mengeluh.

2. Kedua, suka dan rela mendermakan harta untuk orang-orang yang membutuhkan

Baik mereka meminta atau orang fakir yang iffah, yang tak mau meminta-minta meskipun mereka sangat membutuhkan pertolongan.

”Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”. (QS. Al-Ma’ârij: 24-25)

Sebelumnya Allah juga menyebut ”as-sâ`il wa al-mahrûm” dalam ayat 19, surat adz-Dzâriyât. Orang-orang yang dermawan, menyediakan dan meluangkan waktunya serta harta yang diberikan Allah padanya berbagi dengan kaum dhu’afa. Jika mereka meminta dan kita tahu dia sangat membutuhkan bantuan, maka selayaknya kita membantunya. Sahabat Husein bin Ali ra meriwayatka hadits Rasulullah saw,”Bagi seorang peminta hak (untuk ditolong) meskipun dia datang dengan mengendarai kuda” (HR. Abu Dawud dari Sufyan Ats-Tsaury) ([12]). Apalagi orang-orang fakir yang kita tahu ia sangat perlu bantuan, meskipun lidahnya tak mengucapkan satu kata pun. Kita sangat perlu dan wajib mengulurkan bantuan padanya.

3. Ketiga, mempercayai dan meyakini adanya hari pembalasan

”Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan”. (QS. Al-Ma’ârij: 26)

Dengan meyakini adanya hari pembalasan seseorang akan mudah mengikis penyakit kikirnya, juga dia akan berusaha meninggalkan keluh kesah setiap ditimpa sesuatu yang kurang mengenakkan jiwanya. Dia yakin itu adalah cobaan dari Allah, maka lebih baik ia bersabar dan mendapatkan ganjaran yang tak terhitung. Minimalnya hatinya takkan lelah terbebani.

4. Keempat, menjaga kehormatan

”Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela”. (QS. Al-Ma’ârij: 26)

Karena kelak setiap manusia akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Dan karena di balik perintah ini ada banyak hikmah. Di antaranya, menjaga nasab dan keturunan supaya tidak tercampur. Sehingga kehidupan sosial manusia akan baik, seimbang dan tertata bagus.

Bersambung

[majelis iman - islam ]
Share this post :
Comments
0 Comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Pejuang Subuh|Kota Bekasi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by PS. Bekasi