Pemateri: Ust. Agung Waspodo, SE, MPP
Pertempuran di Ascalon - 12 Agustus 1099
Pertempuran yang terjadi pada hari Jum'at 22 Ramadhan 492 Hijriah ini
terjadi tidak lama setelah al-Quds direbut oleh Pasukan Salib gelombang
pertama dari tangan kerajaan syi'ah Fathimiyah yang berbasis di Mesir.
Godfrey de Bouillon memimpin Pasukan Salib yang menghalau rombongan
Fathimiyah yang semula hendak membebaskan al-Quds. Pertempuran ini
terjadi di luar kota Ascalon pada akhir babak Perang Salib Pertama
1096-99.
Latar Belakang
Pada awalnya Pasukan Salib sudah mencoba bernegosiasi dengan kekuatan
Fathimiyah untuk mendapatkan kota al-Quds namun menemui jalan buntu.
Selama pergerakan Pasukan Salib menuju al-Quds mereka memperoleh jawaban
dari pihak Fathimiyah yang bersedia kehilangan Syria tapi tidak untuk
Jerusalem. Tentu saja hal ini memancing emosi Pasukan Salib yang merasa
lebih berhak atas gereja Holy Sepulchure; tempat yang diyakini dimana
Yesus disalib. Kota al-Quds dikepung dan jatuh pada hari Jum'at 23
Sya'ban (15 Juli) setelah dikepung cukup lama. Setelah kota suci itu
jatuh ke tangan Pasukan Salin barulah mereka mengetahui dari arsip
surat-menyurat bahwa kekuatan Fathimiyah di Mesir telah mengirimkan
bantuan menuju al-Quds.
Dinamika di Pihak Pasukan Salib
Perkembangan ini menuntut Pasukan Salib bergerak cepat; Godfrey de
Buillon segera dinobatkan sebagai Defender of the Holy Sepulchre pada
tanggal 22 Juli, Arnulf de Chocques sebagai Patriarch of Jerusalem pada 1
Agustus, dan salib-asli True Cross konon ditemukan pada tanggal 5
Agustus. Utusan dari Fathimiyah datang untuk memerintahkan mereka semua
keluar dari al-Quds namun ia ancaman tersebut dinilai kosong.
Pada tanggal 10 Agustus, Godfrey memimpin pasukan yang masih dapat
dikerahkan setelah pertahanan Jerusalem dicukupkan. Pasukan ini bergerak
cepat menuju Ascalon; jaraknya sekitar 1 hari berkuda cepat. Pada saat
yang sama, Peter the Hermit memimpin para pemuka agama Katholik dan
Orthodox dalam sebuah prosesi dan doa keagamaan Nasrani dari Holy
Sepulchure ke bekas Kuil Yahudi. Robert II dari Flanders dan Arnulf
turut berangkat menemani Godfrey, tetapi Raymond IV dari Toulouse dan
Robert dari Normandy tidak ikut. Mereka tidak langsung bergerak karena
adanya perselisihan sebelumnya; namun setelah satuan pengintai mereka
memastikan bahaya kebenaran info tersebut, maka keduanya bergegas
berangkat menyuaul Godfrey.
Di dekat Ramla keduanya bertemu Tancred dan Eustace (saudara Godfrey)
yang pada awal bulan telah diberangkatkan untuk merebut kota Nablus.
Balatentara yang sudah berangkat lebih dahulu kini bersemangat karena
meyakini bahwa bersama mereka ada salib-asli serta tombak-suci Holy
Lance yang dipercayai pernah dipakai untuk menusuk jasad Yesus untuk
memastikan kematiannya di tiang salib. Arnulf bertugas membawa
salib-asli sedangkan Raymod dari Aguilers membawa tombak-suci dan kedua
relik itu dikawal ketat.
Pertempuran
Pasukan Fathimiyah dipimpin oleh menteri al-Afdhal Syahansyah yang
membawahi sekitar 50 ribu pasukan; adapula yang mengatakan 20-30 ribu
dan bahkan 200 ribu dalam klaim fantastis Gesta Francorum. Balatentara
Fathimiyah ini terdiri dari pasukan yang beragam mulai dari bangsa
Saljuq, Arab, Persia, hingga Kurdi. Al-Afdhal berencana untuk mengepung
dan merebut al-Quds walau hal itu amat disangsikan mengingat ia tidak
membawa mesin-kepung seperti katapul manjaniq. Walaupun begitu, ia
membawa armada laut dari Mesir yang berlabuh di Ascalon; mungkin di
kapal inilah perbekalan serta peralatan untuk mengepung itu dibawa.
Jumlah pasti Pasukan Salib tidak dapat diperkirakan, tetapi Raymond dari
Aguliers mencatat 1.200 pasukan berkuda berat serta 9.000 pasukan
infanteri. Catatan sejarah yang paling tinggi menghitungnya pada kisaran
20.000 personil.
�� Tipu Daya Berbalas Tipu Daya ��
Al-Afdhal mengistirahatkan balatentaranya di Padang al-Majdal di luar
kota Ascalon, ia tidak menyadari bahwa Pasukan Salib sedang memacu
kudanya dengan cepat menuju kota Ascalon itu sendiri. Pada tanggal 11
Agustus rombongan Pasukan salib menemukan kumpulan hewan ternak yang
ditinggalkan merumput di luar kota. Menurut informasi dari pasukan
Fathimiyah yang tertawan di Ramla ini adalah jebakan biasa al-Afdhal
untuk memecah kekuatan lawan. Oleh sebab itu Pasukan Salib tidak
mengamankan hewan tersebut namun justru membawanya di belakang barisan
tempur menuju Ascalon. Al-Afdhal yang masih belum menyadari bahaya yang
mendatanginya kemudian terkaget melihat begitu besar jumlah Pasukan
Salib yang menuju ke posisinya; ia tidak tahu jika debu yang banyak
berterbangan itu lebih disebabkan oleh sekumpulan hewan miliknya yang
diajak berbaris.
Pada pagi hari Jum'at tanggal 12 Agustus, kesatuan pengintai dari
Pasukan Salib menemukan bahwa tenda Fathimiyah dibangun berbaris-baris
di luar dinding benteng kota. Pasukan Salib membagi barisannya menjadi 9
divisi dengan Godfrey di lini kiri, Raymond di lini kanan, sedangkan
lini tengah dipenuhi oleh pasukan Tancred, Eustace, Robert dari
Normandy, dan Gaston IV dari Béarnmade. Setiap divisi dipecah menjadi
dua bagian dengan pasukan infanteri berbaris di depan keduanya.
Banyak Jumlah Tapi Lemah Kekuatan ��
Sumber catatan sejarah dari kedua pihak menyepakati bahwa Fathimiyah
terkagetkan dengan serangan ini sehingga pertempuran berjalan singkat,
walau Albert of Aix mengatakan sebaliknya dimana pertempuran berlangsung
alot dan Fathimiya sudah siap tempur. Kedua pihak saling menembaki
dengan lesatan panah sampai keduanya cukup dekat untuk bertempur jarak
dekat.
Kontingen infanteri Sudan menyerang lini tengah Pasukan Salib sedangkan
pasukan terdepan Fathimiyah berhasil mengepung lini belakang; kondisi
genting bagi Pasukan Salib ini terselamatkan oleh datangnya bantuan dari
pasukan Godfrey. Jumlah pasukan al-Afdhal yang lebih banyak itu tidak
sekuat pasukan Saljuq yang pernah dihadapi Pasukan Salib sehingga mereka
masih kuat bertahan.
Keunggulan pertempuran berbalik sehingga kini kesatuan Fathimiyah yang
mulai porak poranda hingga mundur tidak teratur; bahkan kesatuan
kavaleri beratnya ikut mundur tanpa sempat ikut kontak senjata. Sebagian
pasukan Fathimiyah masih dapat mundur ke dalam kota sebelum gerbang
ditutup, sebagian yang terkunci di luar terpaksa lari ke pantai atau ke
padang belukar sehingga mudah tersusul pasukan berkuda lawan dan banyak
yang terbantai di sana. Al-Afdhal juga terpaksa meninggalkan tenda dan
perbekalannya ke tangan musuh dan korban jatuh di pihak Fathimiyah
sekitar 10-13 ribu personil.
Kesudahan
Pasukan Salib bermalam di tenda-tenda yang tertinggal dan bersiap perang
lago esok pagi namun mereka justru mendapatkan pasukan Fathimiyah telah
mundur ke perbatasan Mesir pada malam harinya. Al-Afdhal sendiri mundur
menggunakan kapal pribadinya. Setelah Pasukan Salib berhasil menjarah
dan membawa pergi rampasan perang, maka sisa tendanya dibakat sebelum
mereka mundur ke Jerusalem pada tanggal 13 Agustus.
Karena terjadinya perselisihan antara Godfrey dan Raymond atas siapa
yang lebih berhak atas kota tersebut, maka garnizun Fathimiyah di
Ascalon enggan menyerahkan kotanya sehingga ditinggal mundur oleh sisa
Pasukan Salib yang banyak sudah rindu kampung halaman. Kota Ascalon
tetap menjadi milik Fathimiyah walau mereka kalah di luar kota. Kota ini
terus diperkuat oleh Fathimiyah dan menjadi basis penyerangan ke
wilayah Pasukan Salib pada tahun berikutnya; itu baru berakhir ketika
kota Ascalon akhirnya direbut oleh Pasukan Salib pada tahun 1153.
Agung Waspodo, kembali mencatat bahwa tipu daya itu mutlak dalam setiap
konflik dan pertempuran, padahal sudah 916 tahun berlalu, lewat 14 hari
pula..
Depok, 27 Agustus 2015.. menjelang maghrib
[iman-islam ]
Tipu Daya Berbalas Tipu Daya, Bersiaplah
Written By PEJUANG SUBUH KOTA BEKASI RAYA on Senin, 11 Januari 2016 | 23.13
Related Articles
Label:
Kajian Islam,
pembina
