Headlines News :
Home » , » Ketundukan Yang Membawa Kepada Kehinaan Sejarah Penghujung Masa Kesultanan Seljuq

Ketundukan Yang Membawa Kepada Kehinaan Sejarah Penghujung Masa Kesultanan Seljuq

Written By PEJUANG SUBUH KOTA BEKASI RAYA on Minggu, 27 Desember 2015 | 19.02


Pemateri: Ust. AGUNG WASPODO, SE MPP

Pertempuran Qatwan - 9 September 1141

Pertempuran Qatwan adalah konflik antara Kara-Khitai Khanate dan Kesultanan Seljuq yang didukung oleh taklukannya Kara-Khaniya. Pada pertempuran ini Seljuq mengalami kekalahan yang menjadi awal dari kemundurannya.

Latar Belakang

Kara-Khitai adalah bangsa Mongol dari dinasti Liao yang bermigrasi dari wilayah utara China ke arah barat karena kerajaannya dihancurkan oleh invasi Jurchen pada tahun 1125. Perpindahan ini dipimpin oleh Yelü Dashi dan dalam prosesnya mereka bahkan merebut kota Balasaghun, ibukota Kara-Khaniya. Bahkan pada tahun 1137 imigran Kara-Khitai mampu mengalahkan Kara-Khaniya di Pertempuran Khujand. Pemimpin Kara-Khaniya yang bernama Mahmud II mengirim surat permohonan perlindungan dari Sultan Ahmed Sanjar dari Kesultanan Seljuq. Pada tahun 1141, Ahmed Sanjar tiba dengan pasukannya di Samarkand.

Pertempuran

Sumber-sumber sejarah memberikan angka kekuatan kedua seteru dengan besaran yang berbeda. Namun, patut diduga bahwa Kara-Khitai berkekuatan 20-30 ribu pasukan sedangkan Seljuq sekitar 70-100 ribu; namun Kara-Khitai mendapatkan bantuan dari Karluk sebanyak 30-50 ribu pasukan berkuda.

Di padang rumput Qatwan di bagian utara Samarkand pertempuran itu berkecamuk. Kara-Khitai membagi balatentaranya dalam 3 bagian dan menyerang kekuatan Seljuq secara serentak hingga berhasil mengepungnya. Lini tengah Seljuq terdesak masuk ke sebuah wadi/lembah Dargham sekitar 12 km dari Samarkand. Tanpa celah untuk meloloskan diri, hampir seluruh pasukan Seljuq hancur dan Sanjar lolos dengan susah payah. Tidak diketahui bagaimana bisa terjadi, namun banyak komandan Seljuq yang tertawan dan termasuk isteri Sanjar juga yang terpisah dari kesatuan kawal di tengah kepanikan tersebut. Sepertinya tradisi membawa permaisuri ke medan laga adalah sebuah tradisi militer dari Asia Tengah.

Kesudahan

Yelü Dashi menghabiskan 90 hari di Samarkand untuk menyelesaikan masalah politik lokal termasuk menerima banyak janji setia dari berbagai penguasa Muslimin dan mengangkat saudaranya Mahmud, yaitu Ibrahim, sebagai Samarkand. Yalü juga menerima keluarga Burhan sebagai pemimpin wilayah Bukhara.

 
Setelah pertempuran ini kesultanan Khwarazim menjadi wilayah taklukan (vassal) bagi Kara-Khitai dan sempat diserbu karena Sultan Atsiz telat membayarkan 30 ribu dinar upeti. Untuk keterlambatan ini wilayah Khwarazim dibumi-hanguskan oleh Erbuz utusan langsung Yelü Dashi.

Agung Waspodo, setelah 874 tahun berlalu tetap saja mencatat hikmah tunduk kepada lawan akan menghasilkan kehinaan.

Depok Utara, Sabtu 19 September 2015.. masih mengejar ketelatan artikel yang seharusnya dirampungkan 10 hari yang lalu, memanfatkan waktu sebelum acara ta'lim dimulai..

Dipersembahkan:
Majelis Iman dan Islam

Sebarkan! Raih pahala...


Share this post :
Comments
0 Comments
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Pejuang Subuh|Kota Bekasi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by PS. Bekasi